Selasa, 22 Februari 2011

Heboh di PSSI



Akhir-akhir ini sering diberitakan tentang kisruh pemilihan ketua PSSI. Para pecinta sepak bola dari semua kalangan menolak Nurdin dan antek-anteknya untuk naik menjadi ketua PSSI. Alasannya jelas, karena dari dua kali masa kepemimpinannya Nurdin tidak bisa menunjukkan prestasi yang membanggakan.
Bahkan Nurdin mencetak rekor sebagai ketua PSSI pertama yang memimpin PSSI dari balik jeruji karena kasus korupsinya. Entah terbuat dari apakah muka orang ini sehingga benar-benar tidak memiliki rasa malu. Bahkan teriakan dari insan sepakbola pun tak digubrisnya.



Berikut dosa-dosa Nurdin:
1.menggunakan politik uang saat bersaing menjadi Ketua Umum PSSI pada November 2003 dengan Soemaryoto dan Jacob Nuwawea.

2.mengubah format kompetisi dari satu wilayah menjadi dua wilayah dengan memberikan promosi gratis kepada 10 tim, yakni Persegi Gianyar, Persiba Balikpapan, Persmin Minahasa, Persekabpas Pasuruan, Persema, Persijap, Petrokimia Putra, PSPS, Pelita Jaya, dan Deltras.

3.Terindikasi terjadinya jual beli trofi sejak musim 2003 lantaran juara yang tampil punya kepentingan politik, karena ketua atau manager klub yang bersangkutan akan bertarung di pemilu kada.

4.Jebloknya prestasi timnas,

5.Diduga membohongi FIFA dengan menggelar Munaslub di Makasar pada 2008 untuk memperpanjang masa jabatannya.

6.Tidak jelasnya laporan keuangan, terutama diduga dana Goal Project dari FIFA yang diberikan setiap tahunnya.

7.Banyak terjadi dugaan suap dan makelar pertandingan.

8. Dianggap tidak punya kekuatan untuk melobi polisi, sehingga sejumlah pertandingan sering tidak mendapatkan izin atau digelar tanpa penonton.

9. Mungkin satu-satunya ketua Umum PSSI dalam sejarah yang memimpin organisasi dari balik jeruji besi.

10. Terlalu banyak intervensi terhadap keputusan Komisi Disiplin sebagai alat lobi yang diduga untuk kepentingan pribadi dan menjaga posisinya sebagai ketua umum.
Disarikan dari berbagai sumber.



Nurdin pernah berkata bahwa dia akan menjunjung demokrasi dan menjaga martabat PSSI. Apakah tindakannya terhadap tuntutan insan sepakbola bisa dianggap menjunjung demokrasi? Atau bisakah tindakannya dalam melakukan praktik kotor di PSSI bisa dianggap menjaga martabat PSSI? Sungguh Memalukan!

0 komentar:

Posting Komentar

Followers